Shidew

Selasa, 13 April 2010

Kasih Sayang dan Kewibawaan Pendidik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pendewasaan diri untuk berubah ke arah yang lebih baik. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disunting oleh Syah (2001:10) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan melalui pelatihan dan pengajaran diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun.
Pada penyelenggaraannya, pendidikan memiliki faktor pendukung yakni pendidik, peserta didik, media pendidikan dan alat pendidikan. Pendidik adalah orang kompeten yang mentransfer ilmu kepada peserta didik. Secara khusus, pendidik adalah orang yang mentransfer nilai-nilai afektif, kognitif dan psikomotor kepada peserta didik sebagai proses pendewasaan peserta didik. Peserta didik adalah individu yang menerima ilmu dari pendidik untuk proses pendewasaannya. Media pendidikan adalah benda konkret yang digunakan pada proses pendidikan itu berlangsung. Sedangkan alat pendidikan adalah faktor penentu keberhasilan pendidik pada segi emosional pendidik.
Alat pendidikan tersebut diantaranya kasih sayang dan kewibawaan. Pengaruh emosional kasih sayang berupa bentuk kehalusan budi pekerti. Suatu permasalahan diselesaikan tanpa kekerasan. Pendidikan sejatinya sebagai uswatun khasanah dapat memberikan contoh kasih sayang kepada peserta didik.
Kasih sayang yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik diukur sesuai kebutuhan peserta didik. Kasih sayang yang kurang atau berlebihan berdampak pada pembentukan karakter peserta didik. Beberapa fenomena hidup yang dialami peserta didik merupakan akibat dari kasih sayang yang diberikan pendidik terhadap peserta didik tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan.
Kasus-kasus kriminalitas, kesenjangan sosial, dan kenakalan remaja merupakan dampak dari bentuk kasih sayang yang diberikan tanpa memperhitungkan kebutuhan kasih sayang peserta didik. Tanpa kasih sayang, peserta didik akan bertindak diluar kontrol pendidik. Peserta didik akan menjadi pribadi yang brutal dan sulit diatur. Diluar pihak, peserta didik yang mendapat kasih sayang yang berlebihan akan menjadi pribadi yang manja dan tidak siap menghadapi tantangan hidup. Terbiasa dengan kasih sayang yang berlebihan membentuk karakter manja. Hal tersebut menjadi bentuk kepribadian sulit diubah.
Alat pendidikan selanjutnya adalah kewibawaan. Kewibawaan bukan pemaksaan peraturan yang diterapkan terhadap peserta didik melainkan bentuk kepatuhan peserta didik karena rasa malu. Peserta didik mengerti bentuk kepatuhan terhadap peraturan untuk kebaikan peserta didik bukan untuk keuntungan salah satu pihak.
Sama halnya dengan kasih sayang, kewibawaan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Kewibawaan yang berlebihan akan berdampak pada proses pendidikan diktator. Peran pendidik terlalu dominan. Akses sosial peserta didik jarang terjadi dan mematikan potensi kepemimpinan peserta didik. Fenomena kewibawaan yang berlebihan mengakibatkan peraturan sistematik yang terus-menerus. Kalau pengaturan tersebut tidak ada, maka proses pendidikan terhambat.
Kurangnya peran kewibawaan pendidik akan membentuk karakter peserta didik yang pemberontak dan meremehkan pendidik. Peserta didik sering melanggar peraturan. Apabila peserta didik patuh, maka kepatuhannya dikarenakan rasa takut bukan malu. Peserta didik kurang mengerti arti penting dari suatu peraturan.
Peserta didik akan menjadi pribadi yang egois di lingkungan masyarakat. Kurangnya pengarahan dari pendidik menjerumuskannya pada tindakan kriminalitas.
Berangkat dari pemaparan teori dan fenomena yang telah disebutkan, maka makalah ini diberi judul “Kasih Sayang dan Kewibawaan Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

Salah satu faktor berlangsungnya proses pendidikan adalah adanya kasih sayang dan kewibawaan pendidik. Berangkat dari pernyataan tersebut dapat dirumuskan:
1. Apa definisi dari kasih sayang dan kewibawaan pendidik?
2. Apa yang terjadi apabila kasih sayang dan kewibawaan pendidik diberikan secara berlebihan terhadap peserta didik?
3. Apa yang terjadi apabila peserta didik kekurangan rasa kasih sayang dari pendidik?
4. Apa peranan kasih sayang dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai adalah mengetahui konsep kasih sayang dan kewibawaan pendidik. Secara spesifik, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi dari kasih sayang dan kewibawaan pendidik.
2. Dampak dari kasih sayang dan kewibawaa pendidik yang berlebihan terhadap peserta didik.
3. Dampak dari kurangnya rasa kasih sayang pendidikan.
4. Peranan kasih sayang dalam pendidikan.

D. Prosedur Pemecahan Masalah
Kajian teoritik dalam makalah ini diperoleh dengan menggunakan riset kepustakaan dan internet. Pemilihan pemecahan masalah berupa pengutipan kepustakaan serta diskusi tentang isi pengutipan.

E. Sistematika Uraian
Uraian dalam makalah ini diawali dengan BAB Pendahuluan dan diakhiri dengan BAB Kesimpulan, secara lengkapnya adalah sebagai berikut :
1. BAB I merupakan BAB Pendahuluan berisikan :
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
d. Prosedur pemecahan masalah
e. Sistematika uraian
2. BAB II berisikan kajian teoritik yang berkaitan dengan tema “Kasih Sayang dan Kewibawaan Pendidikan”.
3. BAB III merupakan kesimpulan hasil dari uraian makalah ini.

















BAB II
KASIH SAYANG DAN KEWIBAWAAN PENDIDIKAN

A. Definisi Kasih Sayang dan Kewibawaan
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. ( Uyoh Sadulloh d.k.k, 2007 : 148 ). Kasih sayang berasal dari 2 (dua) kata, yakni kasih dan sayang. Kasih adalah sifat belas kasih atau mengasihi sedangkan sayang adalah rasa antara 2 (dua) individu atau lebih yang terikat tanpa mengharapkan balasan dari orang yang disayangi.
Hubungan kasih sayang antara pendidik dan peserta didik digambarkan pada hubungan bunda dan bayi. Ketika bayi terbangun dan menangis di malam hari, dengan sigap ibu pun ikut bangun, dengan lembut ibu memberikan yang terbaik untuk bayi sampai dia tertidur pulas. Sungguh semua hal tersebut dilakukan tanpa keluhan, Bahkan bahagianya menerima amanah tersebut. Semuanya karena rasa kasih sayang sang bunda terhadap sang bayi.
Sejatinya pendidik mengasih, mengasuh dan mencurahkan kasih sayang terhadap peserta didik dengan rasa berbahagia menerima amanah tersebut. Pendidik memberikan yang terbaik bagi paserta didik tanpa mengharapkan imbalan. Sehingga proses pendidikan terjadi sesuai dengan yang diharapkan .
Kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada diri seseorang, sehingga orang lain berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa/diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.(Uyoh Sadulloh dkk, 2007:153).
Kewibawaan terdiri dari imbuhan ke-an dan kata dasar wibawa. Wibawa adalah kharisma. Kewibawaan pendidik berarti kepatuhan peserta didik terhadap nasihat dan peraturan yang ditetapkan baik oleh agama, hukum, adat istiadat, keluarga, pendidikan,dan kurikulum. (Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 7).
Kewibawaan berarti kharisma pendidik yang dapat mempengaruhi peserta didik untuk patuh terhadap peraturan secara sadar dan sukarela. Kewibawaan yang dimaksud bukan dalam arti galak atau diktator. Tetapi kewibawaan pendidik merupakan daya peserta didik dalam menaati suatu peraturan karena rasa malu terhadap pelanggaran peraturan.

B. Dampak Kasih Sayang dan Kewibawaan yang Berlebihan
Beberapa hal di dunia ini yang berlebihan dapat merugikan atau berakibat kurang baik. Begitu pula dengan kasih sayang. Kasih sayang yang berlebihan akan berdampak buruk bagi perkembangan peserta didik.

Uyoh Sadulloh d.k.k ( 2010 : 155 ) mengungkapkan ada 5 (lima) dampak negatif kasih sayang yang berlebihan, diantaranya :
1. Akan tumbuh sikap yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa. Sifat-sifat seorang otoriter dalam diri anak semakin berkembang ketika orang tua selalu memenuhi segala keinginan-keinginannya. Benih-benih kediktatoran semakin bersemi di dalam dirinya. Ketika hidup di tengah-tengah masyarakat, ia ingin semua orang memperlakukan dirinya seperti orang tuanya dulu melayani dirinya. Orang seperti itu akan mudah putus asa kalau keinginannya tidak ada yang memperhatikan dan tidak memperoleh simpati dari orang lain.
2. Anak yang selalu dimanja dapat mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya di kemudian hari, mungkin ia akan meminta dilayani oleh istrinya secara sempurna. Mungkin yang lebih tidak baik lagi ia suka memperlakukan istrinya seperti pembantu yang harus tunduk pada perintahnya.
3. Anak yang dibesarkan dalam asuhan kasih sayang berlebihan dapat menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangn orang lain.
4. Anak tidak mau mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya. Si anak jadi kehilangan kenyataan tentang dirinya.

5. Anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orang tuanya, kalau sudah besar mungkin akan tumbuh menjadi manusia yang sombong, dan suka memaksakan kehendaknya.
Berangkat dari pernyataan tersebut, kasih sayang yang berlebihan berdampak buruk pada perkembangan peserta didik terutama dari segi psikisnya sampai kehidupannya nanti.
Sama halnya seperti kasih sayang. Kewibawaan yang berlebihan berdampak buruk bagi pendidikan. Kewibawaan pendidik yang dominan mengakibatkan kediktatoran pendidik. Peserta didik akan merasa terkekang dan banyak peserta didik yang memberontak dan melanggar. Apabila ada yang mematuhinya pun karena keterpaksaan.
Sedangkan dampak kewibawaan berlebih di tangan peserta didik. Pendidik akan dilecehkan dan diremehkan sehingga di mata peserta didik tidak ada kharismanya.

C. Dampak Kurangnya Rasa Kasih Sayang dalam Pendidikan
Menurut Husain Mazhahiri yang disunting oleh Uyoh Sadulloh ( 2010 : 160 ) mengungkapkan bahwa kecintaan atau kasih sayang meninggalkan bekasnya secara positif pada anak, dan menjadikan perilakunya di masa yang akan datang memiliki sifat kasih sayang dan kecintaan. Sebaliknya, andaikan suatu kecintaan hilang dari rumah tangga, dan rumah tangga menjadi korban kebekuan dan kekerasan, maka masa depan anak akan terlempar pada marabahaya, dan kepribadiaannya, di masa datang akan memiliki sifat-sifat kekerasan dan emosional yang melampaui batas.
Apabila peserta didik mendapat sedikit kasih sayang atau hidup tanpa kasih sayang maka ia akan memperlakukan orang lain dengan kasar dan brutal. Peserta didik tersebut akan membenci kehidupan disekitarnya.
Muhammad Rasyid Dimas ( 2004 : 54 ) mengungkapkan Islam telah mendahului konsep mana pun dalam menegaskan pentingnya mengkondisikan anak dengan suasana kecintaan dan kasih sayang. Dalam sabda dan perilaku Rasulullah Saw. ada bekal yang tidak ada habisnya. Diantara hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Ath-Thabarani, dan Imam Al-Hakim dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi anak kecil serta tidak mengetahui hak orang yang berilmu”.
Secara garis besar, Pendidikan memerlukan kasih sayang terutama peserta didik. Sehingga proses pendidikan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

D. Peranan Kasih Sayang Pendidikan
Perasaan kasih sayang dalam pendidikan ialah dapat memberikan rasa aman dan tentram peserta didik. Kepercayaan diri yang tinggi dan menghindarkan rasa rendah diri.

Uyoh Sadulloh ( 2007 : 150 ) mengungkapkan peranan yang harus dilakukan seorang pendidik dalam menjalankan proses pendidikan, diantaranya :
1. Pendidik Sebagai Pembimbing
Pendidik sebagai pembimbing maksudnya pendidik membimbing peserta didik agar sejalan dengan agama, norma-norma, hukum, adat istiadat dan kurikulum. Perilakunya tidak menyimpang dari aspek-aspek tersebut. Pendidik bersedia menjadi tempat bertanya, mengadu, atau tempat curahan hati peserta didik. Sehingga meminimalisir perilaku menyimpang.
2. Pendidik Sebagai Pembentuk Kepribadian
Tindakan-tindakan kriminal yang terjadi saat ini karena pembentukan kepribadian yang kurang sempurna. Kekurang sempurnaan kepribadian tersebut perlu dibentuk oleh pendidik. Kepribadian dapat terbentuk dengan curahan kasih sayang terhadap peserta didik.
3. Pendidik Sebagai Tempat Perlindungan
Pendidik mampu menjadi tempat berlindung di kala peserta didik berputus asa. Pendidik harus memberi semangat sehingga peserta didik tetap siap menghadapi tantangan yang menghadang dan memiliki sifat percaya diri.
4. Pendidik Sebagai Figur Teladan
Kasih sayang pendidik dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Pendidik mencontohkan sikap terpuji secara konkret. Peserta didik akan belajar dari sikap-sikap yang ditunjukkan pendidik. Sehingga di dalam kehidupannya, peserta didik menerapkan kasih sayang kepada orang-orang disekitanya.
5. Pendidik Sebagai Sumber Pengetahuan
Pendidik sebagai sumber pengetahuan berarti pendidik siap menjadi tempat bertanya tentang keingin tahuan peserta didik. Sama halnya seperti bayi yang disodorkan mainan oleh orangtuanya. Peserta didik menghadapi rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu ini akan mengantarkan pada temuan-temuan baru.
Ibnu Abbas ra pernah ditanya seorang sahabatnya, “Bagaimana engkau bias secerdas ini?”, jawab beliau,”Dengan akal yang gemar berfikir dan dengan lisan yang gemar bertanya”. Betapa tinggi rasa ingin tahu beliau. (http://www.dakwatuna.com/2009/sang-bunda-dan-sang-bayi-untuk-para-pendidik-dan-pembelajar/).
Sehingga peranan kasih sayang pendidik mengembangkan potensi peserta didik. Pendidik sebagai mediator peserta didik. Rasa kasih sayang yang tercurah terhadap peserta didik membangkitkan ide-idenya, menjadi tempat curahan hati, serta tempat berbagi pengetahuan. Peserta didik lebih percaya diri dan tidak rendah diri.







BAB III
KESIMPULAN

Berangkat dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik diantara dua orang atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi.. Sedangkan kewibawaan adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada diri seseorang, sehingga orang lain berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa/diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
2. Kasih sayang yang berlebihan berdampak buruk pada perkembangan peserta didik Dia akan meminta diperlakukan secara khusus seperti ketika bersama orang tuanya dulu. Sedangkan kewibawan berlebihan berdampak buruk bagi pendidikan. Kewibawaan pendidik yang dominan mengakibatkan kediktatoran pendidik. Peserta didik akan merasa terkekang dan banyak peserta didik yang memberontak dan melanggar. Apabila ada yang mematuhinya pun karena keterpaksaan.

3. Apabila peserta didik mendapat sedikit kasih sayang atau hidup tanpa kasih sayang maka ia akan memperlakukan orang lain dengan kasar dan brutal. Peserta didik tersebut akan membenci kehidupan disekitarnya. Sedangkan dampak kewibawaan berlebih di tangan peserta didik ( kekurangan kewibawaan ). Pendidik akan dilecehkan dan diremehkan sehingga di mata peserta didik tidak ada kharismanya.
4. Peranan kasih sayang dalam pendidikan adalah kasih sayang memberikan rasa aman dan tentram terhadap peserta didik. Kepercayaan dirinya meningkat serta mengurangi angka kriminalitas yang terjadi pada fenomena sekarang ini.














DAFTAR RUJUKAN


Dimas, Muhammad Rasyid . 2004. 20 Kesalahan dalam Mendidik Anak. Jakarta : PT Robbani Press .

http : // www.dakwatuna.com/2009/sang-bunda-dan-sang-bayi-untuk-para-pendidik-dan-pembelajar/

Sadulloh, Uyoh d.k.k. . 2007. Pedagogik . Bandung : PT Cipta Utama .

Sadulloh, Uyoh d.k.k. . 2010 . Pedagogik ( Ilmu Mendidik ) . Bandung : PT Alfa Beta .

Yahya, Yudrik . 2003 . Wawasan Kependidikan . Bandung : Balai Penataran Guru .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar